Di samping masalah besar, tak jarang perusahaan dilanda masalah yang implikasinya hanya terbatas pada ruang lingkup perusahaan itu saja. Seperti krisis masalah pencemaran lingkungan oleh pabrik, unjuk rasa pekerja, produk yang tak bisa dipasarkan, atau masalah kericuhan dengan pemerintah dalam hal peraturan terkait izin usaha.
Melihat banyak contoh besar penanganan masalah, terkesan kebanyakan perusahaan belum mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan krisis. Tapi, kurangnya persiapan perusahaan menghadapi kasus krisis, tak hanya melanda perusahaan di Indonesia. Perusahaan besar di Amerika Serikat (AS) pun banyak yang tak mempunyai program manajemen krisis.
Sebuah survei tentang manajemen krisis yang dilakukan di AS menyebutkan, walau para manajer perusahaan mengakui bahwa krisis besar dapat melanda perusahaan mereka, namun hanya separuh yang mempunyai program manajemen krisis (crisis management plan). Tampaknya, banyak perusahaan yang mengabaikan masalah ini. Mereka baru kelabakanan dan panik jika krisis betul-betul terjadi.
Upaya menghadapi krisis, sebenarnya tak jauh berbeda dengan upaya seseorang menghadapi suatu penyakit ganas. Yaitu melakukan upaya preventif dan upaya kuratif.
Upaya Preventif
Yang paling baik dalam mengatasi terjadinya krisis adalah upaya yang sifatnya preventif. Pada upaya preventif beberapa hal yang dapat dilakukan:
Pertama, menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada perusahaan. Bila masyarakat memiliki kepercayaan terhadap suatu perusahaan penghasil produk yang dikonsumsi mereka, biasanya masyarakat tak akan mudah termakan isu yang disebarkan oleh orang tertentu yang ingin merugikan perusahaan.
Bila terjadi kasus nyata suatu produk menimbulkan korban akibat sabotase dengan cara memasukkan racun atau barang berbahaya lainnya, adanya kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan akan memudahkan manajemen krisis.
Pembentukan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan, dapat ditempuh dengan cara membina hubungan baik dengan media massa. Dengan adanya hubungan baik ini media massa akan memberi informasi yang baik tentang perusahaan.
Adanya hubungan baik dengan media massa akan menolong jika suatu ketika terjadi krisis melanda perusahaan. Sorotan media massa terhadap krisis yang terjadi, tak akanterlalu diwarnai oleh publikasi yang merugikan.
Kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan juga dipengaruhi oleh bagaimana imageimage perusahaan di mata masyarakat akan baik. perusahaan di mata masyarakat. Bila masyarakat melihat bahwa banyak keuntungan yang diberikan perusahaan kepada kegiatan amal dan sosial, maka
Selain itu, membina hubungan dengan tokoh masyarakat, pimpinan informal (bukan bagian birokrasi pemerintahan) seperti pemuka agama, juga akan sangat membantu pembentukan image yang baik. Image yang baik ini sangat memperkuat daya perusahaan dalam ketahanan menghadapi krisis. Masyarakat tak akan mudah termakan isu yang merugikan perusahaan.
Image perusahaan yang baik, dapat pula dibentuk dengan menciptakan rule of conduct bagi setiap karyawan perusahaan yang selalu ramah dan mudah menolong saat berhubungan dengan masyarakat. Tentu saja, rule of conduct yang baik ini akan besar kemungkinan untuk dilakukan para karyawan, bila perusahaan memberi suasana kerja yang menyenangkan bagi para karyawannya.
Kedua, membina hubungan baik dengan aparat pemerintah. Aparat pemerintah memegang posisi sentral dalam membantu mengatasi problem perusahaan. Larangan terhadap produk atau himbauan agar masyarakat tak mudah termakan isu, biasanya dilakukan oleh pemerintah. Khusus bagi perusahaan di negara berkembang, sangat penting untuk membina hubungan yang baik ini. Karena umumnya di negara-negara berkembang, peran pemerintah dalam kegiatan kehidupan masyarakat masih sangat dominan.
Hampir semua aspek kehidupan sangat dipengaruhi oleh pemerintah. Peran aparat pemerintah di lini bawah, seperti ketua RT, RW, RK, lurah, camat dan bupati, sangat besar artinya dalam meredakan isu bila suatu ketika terjadi krisis yang melanda produk perusahaan. Namun seringkali bagian pemasaran produk (salesman) kurang memperhatikan arti penting pembinaan hubungan pribadi dengan para tokoh masyarakat ini.
Ketiga, satu bagian penting dari benteng pertahanan dalam menghadapi krisis adalah lini terbawah mata rantai pemasaran. Bila produk yang dijual seperti rokok, roti, sabun, dan barang keperluan sehari-hari, mata rantai terbawah ini adalah para pengecer, seperti toko, warung dan dan pedagang asongan.
Keempat, menyiapkan ‘program manajemen krisis’. Dalam situasi normal, perlu ada tim khusus yang dibentuk yang akan menangani krisis bila suatu ketika krisis terjadi. Anggota tim krisis ini diambil dari beberapa unsur: bidang produksi, pemasaran, public relation, dan bagian lain yang kiranya terkait.
Beberapa perusahaan maju di USA bahkan memiliki ruang khusus yang dipersiapkan untuk Tim Manajemen Krisis. Di dalam ruangan ini dipersiapkan segala informasi tentang apa yang harus dilakukan bila suatu saat krisis terjadi, siapa orang/perusahaan/pejabat yang harus dihubungi, lengkap dengan nomor telepon, alamat, dan tempat yang paling mudah dihubungi.
Tim yang seperti ini, misalnya sudah dimiliki oleh perusahaan penerbangan dalam menghadapi krisis. Baik saat terjadi kecelakaan pesawat, pembajakan dan lain-lain.
Di saat tak ada krisis terjadi, tim ini biasanya melakukan permainan simulasi menghadapi krisis. Permainan simulasi ini dibutuhkan untuk melatih kecepatan bertindak bila krisis betul-betul terjadi. Permainan simulasi ini sering dilakukan kalangan angkatan bersenjata di beberapa negara. Di masa damai, mereka bermain latihan perang-perangan untuk melatih kemampuan menghadapi perang yang sebenarnya.
Di Amerika Serikat sering dilakukan latihan bahaya kebakaran di gedung bertingkat. Maksudnya adalah untuk membiasakan para penghuni bertingkat untuk menyelamatkan diri bila terjadi kebakaran yang sesungguhnya.
Permainan simulasi ini perlu dilakukan tidak hanya sekali. Hal ini dimaksudkan agar kesiapan dan kesadaran bahwa krisis sewaktu-waktu dapat terjadi selalu dalam pikiran pemegang keputusan di perusahaan.
Upaya Kuratif
Pada saat krisis melanda perusahaan ada beberapa langkah yang perlu dilakukan di dalam penanganan krisis:
Pertama, mengidentifikasi krisis. Pengidentifikasian krisis ini sangat penting dengan beberapa alasan. Yaitu tanpa adanya kejelasan faktor yang merupakan krisis maka akan sulit untuk mengatasi krisis. Kemudian, mengidentifikasi faktor yang menjadi aspek penting krisis, perusahaan dapat mengetahui apakah krisis tersebut dapat ditangani atau tidak.
Daripada membuang energi untuk menangani krisis yang jelas bakal tanpa memberikan hasil, perusahaan dapat melihat ke hal lain yang kiranya dapat mengurangi dampak krisis.
Harus disadari bahwa di kala perusahaan terkena krisis, banyak problem lain yang menyertainya yang merupakan krisis-krisis lainnya. Oleh karena itu krisis yang utama tersebut harus didentifikasi.
Untuk mengisolasi ‘krisis utama’ dari krisis lainnya langkah berikut dapat dilakukan. Pertama masing-masing anggota Tim Krisis Manajemen menanyakan kepada diri sendiri beberapa pertanyaan berikut ini. Selanjutnya pertanyaan tersebut dinilai dengan menggunakan bantuan skala pengukur ‘Crisis Impact Values’.
Kedua, mengisolasi krisis. Krisis pada dasarnya sama dengan suatu penyakit menular. Bila seseorang terserang penyakit menular, dia harus diisolir dari orang-orang lainnya. Agar krisis tidak terlalu menganggu jalannya perusahaan, maka krisis harus ditangani oleh orang lain.
Bila yang menangani krisis adalah seseorang yag sangat sibuk dan memegang jabatan vital di perusahaannya, maka kesibukannya menangani krisis akan mengganggu fungsi utamanya menjalankan perusahaan. Jika pemegang jabatan vital harus menangani krisis maka tugasnya harus dialih tugaskan kepada orang lain.
Menangani krisis menuntut waktu, tenaga, dan pikiran yang amat besar. Jika krisis melanda perusahaan, berarti individu di dalam perusahaanlah yang akan menghadapinya. Bagaimanapun, menghadapi krisis perlu adanya persiapan mental dan fisik.
Di saat krisis berada dalam masa akut, seringkali anggota tim harus bekerja keras, kurang tidur, dan dilanda stres yang amat sangat. Keadaan lelah, kurang tidur dan stres tinggi ini akan menyebabkan keputusan yang diambil dalam menangani krisis menjadi kurang didasari oleh logika yang tepat.
Oleh karena itu sangat disarankan agar anggota tim krisis dipilih dari orang-orang yang kuat menghadapi stres dan semua kelelahan. Bila anggota tim tak kuat menghadapi pressure situasi yang begitu besar, baik dari media massa maupun pihak lain, sebaiknya ia diganti dengan anggota yang lebih kuat.
Selain itu, anggota tim perlu menyisihkan waktu untuk rileks guna menurunkan kelelahan dan stres. Bila seseorang harus menangani krisis, di samping fungsi vitalnya menjalankan perusahaan, sangat besar kemungkinan semuanya akan menjadi kacau. Krisis tidak terpecahkan, dan jalan perusahaan juga kacau.
Anggota tim ini sebaiknya dibebastugaskan dari pekerjaannya sehari-hari. Selain itu, untuk mengatasi kemungkinan seperti ini, banyak perusahaan di Amerika Serikat menggunakan jasa konsultasi manajemen krisis.
Menangani Krisis
Bila tim manajemen krisis sudah dibentuk dan berhasil mengidentifikasi krisis, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis untuk menentukan tindakan yang harus diambil.
Untuk membuat keputusan yang tepat, diperlukan informasi lengkap dan teknik pengambilan keputusan yang baik, serta sikap mental yang mendukung. Oleh karena itu, sangat diperlukan pengetahuan yang memadai dalam hal teknik pengambilan keputusan. Pengalaman yang diperoleh melalui training pengambilan keputusan, akan sangat bermanfaat dalam menghadapi krisis.
Begitu cepatnya perubahan terjadi di masa krisis, pengambilan keputusan pun berada dalam suasana yang mudah pula berubah. Di masa krisis, keputusan yang dibuat harus fleksibel, hingga dapat mengakomodasi keadaan. Perlu diingat, bahwa menangani krisis adalah menangani keputusan dengan cara yang baik.
Di masa krisis, sering terjadi perusahaan mendapat sorotan negatif dari media masa. Ketertutupan terhadap media masa akan membuat perusahaan makin menjadi sorotan. Upaya menghindari media masa, akan menimbulkan kesan bahwa perusahaan menyembunyikan sesuatu.
Hal ini akan merugikan image perusahaan di mata masyarakat. Karena itu butuh keterbukaan dan kejujuran tim krisis dalam memberikan informasi tentang hal-hal yang terjadi.
Agar pemberian informasi kepada media massa menguntungkan pihak perusahaan, sangat dianjurkan untuk menunjuk seorang juru bicara yang mampu tenang menghadapi hujaman pertanyaan dari para wartawan.
Selain itu, apa-apa yang perlu dikomunikasikan harus dibicarakan lebih dahulu, agar tidak menimbulkan kerugian. Keterlibatan pakar komunikasi, psikolog, dan ahli bidang public relations, sangat disarankan dalam penyusunan informasi yang akan disampaikan kepada media massa.